Pages

Photobucket

Thursday, November 20, 2014

Pencegahan Hepatitis B dengan Imunisasi


Cara Efektif Mencegah Penyakit Hepatitis B Pada Anak Kita

Cara mencegah hepatitis B paling efektif dilakukan dengan imunisasi. Vaksin hepatitis B dapat diberikan secara aman kepada bayi-bayi tidak lama sesudah kelahiran dan selama masa pertumbuhan.

Terdapat beberapa strategi dasar dan utama utama untuk mencegah infeksi Virus Hepatitis B. Pada negara maju, strategi efektif dapat dilakukan dengan mengubah perilaku seksual dan meningkatkan skrining darah. Sedangkan pada negara berkembang seperti Indonesia, dimana bayi yang baru lahir dan anak- anak yang dalam masa pertumbuhan memiliki resiko tinggi untuk terinfeksi, cara paling efektif dilakukan dengan imunoprofilaksis, baik aktif maupun pasif.

Imunoprofilaksis pasif, dilakukan dengan Imunoglobulin hepatitis B (HBIG), yang merupakan larutan steril yang mengandung antibodi yang dapat melawan  hepatitis B. HBIG ini diambil dari darah donor yang telah mempunyai antibodi terhadap hepatitis B dan digunakan sebagai imunoprofilaksis pasif. Imunoprofilaksis pasif ini digunakan dalam 4 keadaan, yaitu ketika bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi hepatitis B; setelah terpapar jarum suntik; setelah berhubungan seksual; dan setelah transplantasi hepar. Imunoprofilaksis diwajibkan pada bayi yang terlahir dari ibu yang positif HBsAg.

Imunisasi aktif: Pencegahan infeksi primer dengan vaksin merupakan strategi utama dalam menurunkan resiko Virus Hepatitis B kronis dan komplikasinya. Sejarah perkembangan Vaksin Hepatitis B dimulai ketika ditemukan vaksin generasi pertama pada tahun 1982. Kemudian vaksin generasi kedua, vaksin HB dengan rekombinan DNA, pada tahun 1986. Kedua vaksin telah terbukti aman dan efektif dalam mencegah terjadinya infeksi hepatitis B. Tahun 1991, WHO mencanangkan bahwa imunisasi hepatitis B harus termasuk dalam sistem imunisasi nasional pada negara-negara dengan tingkat pembawa HB-nya 8% atau lebih sampai tahun 1995, dan pada tahun 1997 untuk semua negara.

Vaksin Hepatitis B
Sejak tahun 1982, vaksin hepatitis B merupakan   vaksin pertama untuk melawan kanker pada manusia. Vaksin ini diperoleh dari plasma maupun melalui teknologi rekombinasi DNA dan telah terbukti aman dan efektif. Sampai saat ini telah lebih dari 1 triliun vaksin digunakan. Tidak terdapat efek samping yang serius setelah pemberian imunisasi ini. Efek samping yang sering terjadi berupa rasa nyeri ditempat suntikan dan demam ringan yang dapat hilang dalam 1-2 hari.

Jika diberikan secara benar maka imunisasi ini  dapat melindungi 95% orang sehat dari penyakit hepatitis akut begitu juga dengan penyakit kronisnya seperti sirosis dan kanker hepar. Imunisasi diberikan dalam tiga dosis secara intramuskular. Dosis pertama dan kedua diberikan pada bulan pertama kelahiran dan dosis ketiga diberikan 1-12 bulan setelah dosis kedua. Vaksin hepatitis B ini dapat diberikan bersama dengan vaksin penyakit lain seperti campak, dipteri-tetanus¬pertusis, polio, BCG, dan demam kuning. Tingkat perlindungan yang diberikan oleh vaksin tergantung pada umur. Bayi baru lahir, anak-anak, dan remaja mempunyai perlindungan yang tinggi setelah pemberian imunisasi sedangkan orang dewasa dan pasien dengan imunodefisiensi mempunyai tingkat perlindungan yang rendah.

Pemberian Imunisasi Hepatitis B dilakukan secara periodik. Berdasarkan hal ini maka Departemen Kesehatan RI menetapkan tujuan khusus program imunisasi hepatitis B, antara lain memberikan imunisasi hepatitis B 3 dosis kepada minimal 80% bayi berumur 0-11 bulan, dimana pemberian dosis pertama dari vaksin kepada bayi sedini mungkin sebelum berumur 7  hari. Dengan detail jadwal yaitu:
- Pada umur 2 bulan dengan jenis antigen BCG,Polio 1,DPT 1.
- Pada umur 3 bulan dengan jenis antigen HB 1,Polio 2,DPT 2.
- Pada umur 4 bulan jenis antigen HB 2,Polio 3,DPT 3.
- Sedangkan pada umur 9 bulan, jenis antigen yang diberikan adalah HB Polio 4 dan Campak

Refference, antara lain Petunjuk Teknis Pelaksanaan Imunisasi  Hepatitis B, edisi 4. Depkes.RI. 1997.